Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Fakta Menyedihkan Zimbabwe Yang Menciptakan Kau Tidak Mau Tinggal Disana

 fakta menyedihkan Zimbabwe yang menciptakan kau tidak mau tinggal disana 5 fakta menyedihkan Zimbabwe yang menciptakan kau tidak mau tinggal disana

Zimbabwe menderita krisis ekonomi parah. Runtuhnya perekonomian negara tersebut disebabkan sistem yang tidak sehat. Negara tersebut banyak mengimpor mulai dari air kemasan botol sampai tusuk gigi.

Hal ini tentu saja menciptakan banyak uang yang kabur ke luar negeri dibanding yang masuk ke dalam.

"Kita perlu memastikan dan mempertahankan posisi sebagai pengekspor komoditas pertanian dan kebutuhan lain untuk memastikan adanya uang yang masuk," kata ekonom independen, John Robertson beberapa waktu lalu.

Dana Moneter Internasional atau IMF telah mengangkat bendera merah sebagai tanda kesulitan ekonomi di Zimbabwe.

"Kegiatan ekonomi sangat dibatasi oleh kondisi likuiditas yang ketat akhir arus masuk eksternal terbatas dan harga komoditas sangat rendah," kata IMF dalam keterangannya.

Hal ini diperparah lantaran cuaca yang tidak dekat pada masyarakat Zimbabwe. "Kekeringan dan hujan tidak menentu serta meningkatnya suhu telah mengurangi hasil pertanian dan mengganggu produksi atau pasokan air."

Dampak dari runtuhnya ekonomi Zimbabwe cukup parah, Berikut uraiannya menyerupai dirangkum merdeka.com:

1. Nilai tukar mata uang Menurun drastis (Anjlok)


Negara penggalan selatan benua Afrika dalam waktu dekat akan menghapus peredaran mata uang dolar Zimbabwe. Hal ini dilakukan lantaran buruknya inflasi di negara tersebut yang berdampak pada tidak bernilainya mata uang dolar Zimbabwe.

Bagaimana tidak, USD 1 nilainya sama dengan 35 kuadriliun (35.000.000.000.000.000) dolar Zimbabwe atau sanggup dibaca dengan 35.000 triliun dolar Zimbabwe.

Belum usang ini, pemerintah setempat menunjukkan kepada masyarakat pemilik uang tunai atau deposito di bank untuk menukarkan uang mereka dengan dolar Amerika (USD). Tentu saja, nilai penukarannya ialah USD 1 sama dengan 35 kuadriliun dolar Zimbabwe.

Nilai mata uang dolar Zimbabwe mulai hancur berserakan pada tahun 2009 silam lantaran hiperinflasi yang terjadi di negara tersebut. Sejak ketika itu, sebagian transaksi sudah dilakukan dalam dolar Amerika (USD) atau mata uang Afrika Selatan yaitu Rand. Namun, mata uang dolar Zimbabwe masih tetap digunakan. Saat ini, bank sentral Zimbabwe mencoba menghapus mata uang yang 'tidak bernilai' tersebut dalam setiap transaksi.

Pemerintah setempat memberi waktu sampai simpulan September kepada masyarakat yang ingin menukarkan uang mereka. "Penarikan uang ini tertunda cukup usang semenjak tahun 2009 silam," kata bank sentral Zimbabwe dalam pernyataannya yang dilansir dari CNN di Jakarta, Senin (15/6).

Uang ratusan triliun dalam mata uang dolar Zimbabwe tidak bernilai. Bahkan, 100 triliun dolar Zimbabwe disebut tidak cukup untuk membayar ongkos bus dalam satu pekan.

Dilansir dari telegraph.co.uk, bank sentral Zimbabwe pernah mencetak uang kertas pecahan 100 triliun pada 2009 silam. "Itu tidak cukup untuk naik bus umum untuk bekerja selama seminggu," isi kutipan telegraph yang dilansir merdeka.com di Jakarta.


2. Bank kehabisan uang tunai



Dalam upaya mengurangi kekeringan likuiditas, bank sentral Zimbabwe mulai mencetak 'bond notes' atau koin dalam denominasi USD 2, USD 5, USD 10 dan USD 20. Negara ini sudah memiliki bond dalam bentuk koin yang bernilai menyerupai USD. Untuk setiap koin beredar disamakan nilainya menyerupai USD.

Bank sentral juga membatasi penarikan uang tunai masyarakat USD 1.000 per hari dan forum ini memaksa semoga masyarakat lebih banyak memakai euro dan rand Afrika Selatan. Tapi, nilai tukar rand Afrika Selatan terus melemah dan telah kehilangan nilainya 20 persen terhadap USD pada tahun lalu.

Di ibukota Harare, seorang perempuan yang bangun dan sedang antre di bank mengaku kecewa dengan kebijakan pemerintah setempat. "Saya sudah mengantre untuk mengambil uang tunai selama tiga hari, ini menyakitkan," katanya menyerupai dikutip dari CNN Money di Jakarta, Sabtu (7/5).

Seorang ekonom sekaligus anggota tubuh legislatif dari partai oposisi di Zimbabwe, Eddie Cross mengatakan, partai yang berkuasa ketika ini telah menciptakan kondisi semakin memburuk dikarenakan telah mengambil uang cadangan di bank sentral. Akhirnya, perbankan ketika ini kekeringan dan kesulitan uang tunai.

"Sistem perbankan kita terancam runtuh, dan tidak ada yang tersisa dari perekonomian kita," katanya.

Dia juga menolak rencana pemerintah untuk menerbitkan surat utang atau obligasi dalam mencari uang tunai. "Upaya untuk membawa kembali nilai mata uang lokal meskipun secara terbatas tidak akan diterima oleh pasar," sambungnya.



3. Masyarakat Zimbabwe mulai kelaparan



Lebih dari dua dekade sudah warga Zimbabwe bergelut mengatasi kelaparan di negaranya. News Sky, Selasa (15/3) melaporkan, sampai ketika ini sekitar empat juta warga Zimbabwe membutuhkan derma makanan.

Bulan lalu, Zimbabwe menerima derma keuangan untuk membayar masakan sebesar 1,12 juta Pound Sterling (setara Rp 20 miiar). Bantuan tersebut diberikan usai Presiden Robert Mugabe mengumumkan darurat masakan di beberapa wilayah produsen pangan di negaranya.

Pemerintah sendiri sudah mengizinkan perusahaan swasta untuk mengimpor gandum. Meski demikian, United Nations World Programme juga membantu dengan memberi makan sekitar sejuta orang di Zimbabwe.

"Kekeringan dan komoditas mineral yang rendah juga kuat pada ekonomi negara," kata Menteri Keuangan Zimbabwe Patrick Chinamasa.

Menurut pemerintah, El Nino menjadi salah satu penyebab kelaparan di sana. Tak hanya Zimbabwe yang tengah mengalami kekeringan, Afrika Selatan juga mengalami krisis di bidang pertanian.

Kelaparan ini juga menjadi pertanyaan besar, lantaran beberapa pekan kemudian Presiden Mugabe merayakan ulang tahunnya besar-besaran.


4. Pedagang gunakan 9 mata uang



Mengelola satu mata uang saja sudah merupakan hal sulit bagi kebanyakan orang. Bagaimana mengelola sembilan mata uang?

Situasi ini dialami pelaku bisnis di Zimbabwe, negara di Afrika selatan. Mereka dipaksa berperan sebagai pedagang valuta ajaib selepas dolar Zimbabwe kolaps dan ditarik dari peredaran.

Mereka memperdagangkan dolar AS, dolar Australia, rand Afrika Selatan, pula Bostwana, euro. Kemudian, Poundsterling, yen, yuan, dan rupee.

"Sebagian besar mata uang tersebut untuk perdagangan," kata John Mangudya, Gubernur Reserve Bank of Zimbabwe kepada CNN Money, kemarin.

"Sebanyak 50 persen perdagangan kami ialah dengan China dan Afrika Selatan. Jadi, kami mengizinkan perdagangan dengan banyak mata uang."

Sebenarnya, berdasarkan John, mata uang cadangan resmi Zimbabwe ialah dolar AS. Namun, di sisi lain, Zimbabwe juga tak berniat untuk menyingkirkan mata uang lain, menyerupai yuan dan rand.

Itu tercermin dari perilaku pedagang kaki lima di jalanan Harare, ibu kota Zimbabwe. Mereka mengutamakan dolar AS, namun tetap mendapatkan mata uang lain.

Di wilayah Zimbabwe yang berbatasan dengan Afrika selatan dan Botswana, mata uang yang terkenal ialah rand, pula, dan euro.

Belakangan, popularitas rand menurun usai terdepresiasi 30 persen tahun lalu. Ini menciptakan warga Zimbabwe mulai menyingkirkan mata uang negeri tetangga tersebut guna menghindari risiko depresiasi lebih dalam.

Prinsipnya, mata uang apapun sanggup diterima sejauh nilainya masih menguntungkan. Pebisnis lokal Zimbabwe akan mendapatkan hampir semua mata uang dalam satu keranjang, namun nilai tukarnya harus lebih tinggi ketimbang nilai resminya.

Zimbabwe mulai dilanda krisis mata uang pada 2000. Dan, perjalan Zimbabwe untuk menghidupkan kembali mata uangnya masih jauh.

Pada 2014, Zimbabwe mulai mencetak koin sebagai alat transaksi di bawah 1 dolar AS.


5. 25.000 PNS dipecat



Pemerintah Zimbabwe akan memecat 25.000 Pegawai Negeri Sipil (PNS) negaranya. Selain itu, pemerintah setempat juga membatalkan pemberian bonus tahunan PNS untuk menghemat USD 118 juta. Keputusan ini diambil semata-mata untuk menghemat pengeluaran atau belanja pemerintah.

Seperti ditulis BBC, PNS di Zimbabwe sebelumnya telah melaksanakan mogok kerja lantaran terjadi keterlambatan pembayaran gaji. Zimbabwe tengah mengalami ekonomi tersulit semenjak hiper-inflasi tahun 2008 silam.

Menteri Keuangan Zimbabwe, Patrick Chinamasa mengatakan, pembayaran honor PNS menghabiskan 97 persen anggaran negara. Dengan pemecatan ini, beliau berharap belanja honor PNS sanggup turun menjadi 75 persen di simpulan tahun depan.

Sebanyak 25.000 PNS yang dipecat setara dengan 8 persen jumlah keseluruhan. Tahun lalu, Chinamasa sempat mengajukan rencana pemangkasan jumlah PNS, tapi ditolak di kabinet.

Dalam beberapa bulan terakhir, Pemerintah Zimbabwe sebetulnya sudah kesulitan membayar honor PNS termasuk tentara, guru dan tenaga kesehatan. Penundaan pembayaran honor sebelumnya telah dilakukan.

Tak hanya itu, perusahaan swasta di Zimbabwe tengah kesulitan. Tercatat 10.000 perusahaan telah melarat di negara ini dalam satu dekade terakhir.

Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe mengatakan, kesengsaraan ekonomi Zimbabwe terjadi lantaran hukuman ekonomi. Namun, kritikan terus berdatangan yang menyampaikan bahwa ini terjadi lantaran maraknya korupsi dalam pemerintahannya.
Sumber http://share-euy.blogspot.com/